Kritis Nauzubillah. Kronologi Kasus Tayangan Trans7 yang Dianggap Hina Kiai dan Pesantren
Kritis Nauzubillah. Kronologi Kasus Tayangan Trans7 yang Dianggap Hina Kiai dan Pesantren
Episode yang dipermasalahkan tayang pada 13 Oktober 2025 dan berjudul provokatif, “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?”. Judul itu dianggap mengandung unsur penghinaan terhadap dunia pesantren dan kehidupan santri.
Salah satu bagian yang juga menuai kritik adalah saat seorang santri tampak sungkem kepada KH Anwar Manshur Lirboyo, namun disertai narasi yang dinilai tak pantas.
“Ternyata yang ngesot itulah yang kasih amplop, netizen pun curiga nih bahwa bisa jadi inilah sebabnya sebagian kiai makin kaya raya,” demikian bunyi narasi dalam tayangan itu.
Tak hanya itu. Narator juga
menyinggung soal gaya hidup kiai dengan menampilkan harga sarung mahal di marketplace.
“Mau bilang mewah hingga harga miliaran, sarungnya aja pun merek termahal yang harganya berkisar antara 400 ribuan sampai 12 jutaan rupiah gitu deh,” ujar narator program tersebut.
Narasi lain juga menyinggung soal penggunaan uang oleh para kiai. “Dan saat ada hubungan keluarga nih, family kecipratan duitnya, padahal kan harusnya kalau kaya raya mah umatnya yang dikasih duit ya nggak sih? Tapi ya gimana ya, dengan kasih amplop pada Kiai kan diharapkan bisa dapat berkah, kalau nggak ya ambil hikmahnya aja deh.” demikian kelanjutan narasi Expose.
Menanggapi hal tersebut, Ketua LBH Ansor Kota Kediri Bagus Wibowo mengecam keras isi tayangan tersebut. Ia menilai program itu tidak mencerminkan prinsip jurnalisme yang beretika.
“Redaksi kata-kata dalam video itu sangat tidak beradab dan cenderung melecehkan ulama. Seharusnya sebelum menayangkan pemberitaan, tim redaksi melakukan konfirmasi kepada pihak yang ada di dalam video,” ujar Bagus dalam keterangan tertulis, Selasa (14/10/2025).
Bagus menegaskan, pemberitaan semestinya berimbang agar publik tidak menerima informasi menyesatkan. “Jangan sampai terkesan seolah-olah kiai ingin dihargai atau ingin mendapatkan uang. Ini bentuk pemberitaan yang tidak proporsional,” tambahnya.
Posting Komentar untuk "Kritis Nauzubillah. Kronologi Kasus Tayangan Trans7 yang Dianggap Hina Kiai dan Pesantren"